WAYANG KULIT
Yogyakarta
terletak di tengah pulau jawa. Beratus tahun dahulu jogja (nama akran
yogyakarta) merupakan pusat kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini membangun Candi
Borobudur dimana candi ini merupakan candi Buddha terbesar di Indonesia. Tetapi
pada suatu ketika karena alasan yang misterius pusat dari kerajaan Mataram Kuno
ini berpindah ke jawa timur. Beberapa mitos mengatakan bahwa alasanya karena
terjadi banyak bencana salah satu yang terbesar adalah musibah letusan gunung
Merapi. Pada saat itu letusan gunung merapi bisa mengubur candi borobudur yang
terletak sekitar 50km dari gunung merapi. Selain menjadi kota yang penuh
sejarah jogja juga mempunyai budaya yang tiada duanya. Salah satunya adalah
wayang.
Wayang
merupakan salah satu seni tradisional yang berkembang di jawa. Dulu pertama
kali saya melihat wayang ketika saya masih kecil seingat saya masih berumur
sekitar 6 tahun. Yang menjadi hal yang sangat mengesankan saat itu adalah
karena untuk mementaskan pagelaran wayang harus dilakukan pada saat malam hari.
Jadi saat saya bisa menonton wayang dengan perjuangan bergadang sampai malam
sehingga saya bisa menceritakan kepada teman – teman yang lain yang tidak
melihat pementasan karena sudah tidur.
Istilah
wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang
adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena
penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya
saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh
wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan
sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan
oleh parapesinden. Dalang memainkan
wayang kulit di balik kelir, yaitu
layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu
listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para
penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang
jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan
tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Di pelajaran sekolah diajarkan seni pagelaran wayang
merupakan suatu cara penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga
pada masanya. Untuk menarik minat para rakyat yang pada saat itu masih memeluk
agama hindu maka dengan wayang kulit ini memjadi media penyalur dari kehausan religious
rakyat pada saat itu. Yang berkembang saat itu pagelaran wayang juga dilakukan
untuk memeriahkan suatu kejadian yang istimewa misalnya perkawinan , sunatan,
syukuran dan semacamnya.Jadi saat pagelaran wayang ini berlangsung identik
dengan perayaan atau pesta poria hehehe….
Wayang ikulit biasanya mengkisahkan tentang cerita Baratayudha
dan Ramayana. Tetapi dalang bebas melakukan garam garam agar pementasan lebih
menarik dan meriah. Walaupun saya tidak mengetahui kisah Baratayudha dan
Ramayana sampai saat ini tetapi saya suka melihat seni wayang kulit yang
menurut saya terkesan jadul, unik dan bernilai estetika.
0 komentar:
Posting Komentar